Greetings, welcome to Noire Company

This blog is for the peoples who interested with multi-cultural things. natives, languages, culture, tradition, etc..

Sabtu, 03 Desember 2011

Invasi bangsa Barbar



            Sekitar tahun 200 dalam hitungan dinasti Asia, suku nomaden dari wilayah padang stepa besar di Asia tengah mulai bermigrasi kearah Cina, India, Persia, dan Eropa. Alasan migrasi mereka tidak sepenuhnya diketahui, grup terbesar dari kaum nomaden tersebut adalah bangsa Hun. Postur tubuh mereka yang kecil dengan kuda yang juga agak kecil menyembunyikan sifat kejam mereka. Mereka meneror suku yang mereka temui dalam perjalanan migrasinya, dan menyebabkan efek domino ke suku lainnya. Bergerak kearah utara, bangsa Hun mengusir dan menggantikan orang Gothic tinggal di wilayah barat laut dari laut hitam, dan mendorong mereka ke selatan melewati sungai Danube ke wilayah Balkan yang saat itu dikuasai Kekaisaran Roma Timur. Bangsa Hun lainnya bergerak kearah dataran tinggi Jerman, memberi kesempatan pada suku Jerman lain untuk menyeberangi sungai Rhine.
            Kekaisaran Roma bagian barat pada waktu ini sudah dilemahkan oleh serbuan yang sekali sekali datang dan invasi dari arah sungai Rhine dan Danube. Suku-suku Jerman yang populasinya mulai bertambah merasa iri melihat tanah kosong yang bermanfaat yang mendiami wilayah Gaul (Prancis lama) dalam kekuasaan Kekaisaran Roma. Pada tahun 400, pasukan Roma sudah 30 sampai 50 persen berisi tentara bayaran Jerman. Dalam keputus asaan, beberapa grup Barbar mendaftar dalam pasukan Roma sebagai unit penuh untuk membantu mempertahankan Roma melawan grup Barbar lain. Ini sangat populer selama perang sipil pada abad keempat, apalagi saat penuntut tahta di kekaisaran Roma membutuhkan pasukan yang cakap dan cepat. Para unit Barbar ini tidak memiliki kesetiaan dan disiplin pada legion dan tetap pada keputusan pemimpin mereka.
Para pengganti sementara ini mengikuti pemimpinnya saat seluruh pasukan Barbar memberontak. Perbatasan Rhine dan Danube dihancurkan dan suku-suku Jerman bergerak kearah Gaul, Balkan, dan bahkan Itali. Pertarungan tersebut hampir tak ada henti-hentinya di sepanjang perbatasan yang mengecil dan jumlah prajurit Roma yang loyal pun semakin berkurang.Legion terakhir di Britania mundur dari tugas di Gaul pada 410, dan meninggalkan provinsi itu selamanya. Penyerbuan bangsa Saxon meningkat dan menjadi invasi sesungguhnya. Bangsa Jutes, Frisians, dan Angles (suku Jerman lainnya dari pesisir utara Jerman) bergabung dengan Saxon. Bersama sama, mereka membanjiri dataran Britania dan mengganti budaya Romano-British dengan nama baru Inggris saat ini, England yang berasal dari kata Angle-land.
            Kekaisaran Roma Timur menderita karena kehilangan sebagian besar wilayah Balkan, tapi mereka masih dapat membelokkan atau menyogok orang Barbar sebelum mereka menyerang Constantinople. Para penyerbu di wilayah ini adalah bangsa Gothic, yang menjadi lebih beradab berkat hubungan mereka dengan Kekaisaran Timur ketimbang dengan suku-suku Jerman di sepanjang Rhine. Bangsa Gothic ini tadinya datang sebagai penetap, bukan penakluk.Selama abad kelima, Roma beberapa kali diserang dan akhirnya Kekaisaran barat pun runtuh sepenuhnya. Itali berulang-kali di invasi dan dihancurkan. Pada 476, Kaisar Roma terakhir yang diakui terbunuh. Wilayah italia dan Kekaisaran Roma sekarang didiami oleh suku-suku Jerman. walaupun secara umum adalah keinginan bangsa Barbar (suku-suku Jerman) untuk merawat kestabilan dan perintah peradaban Roma dimasa lalu, tapi nyatanya hanya ada sedikit yang tersisa dari huru-hara dan penghancuran yang mewarnai invasi mereka. Kebanyakan bangsa Eropa kembali jatuh ke zaman yang lebih primitif dari periode Barbar itu sendiri.

Strategi



            Strategi militer abad pertengahan terkait dengan kontrol ekonomi, pada awal era pertengahan, pertempuran yang utama adalah merampas atau mempertahankan daerah pedalaman/daerah luar kota karena dana ekonomi berawal dari ladang pertanian. Pada era selanjutnya, kota kota kecil menjadi kontrol point yang penting sebagai pusat pendanaan militer melalui berdagang dan hasil produksinya.
             Memegang kendali kastil juga kunci dalam pertahanan, karena kastil menjaga perkebunan dan ladang. Prajurit penghuni kastil mengontrol lingkungan disekitar kota, jika fasilitas kota berkembang, kastil juga diperkuat. Mempertahankan atau mengambil alih mereka secara berangsur angsur sudah menjadi aktifitas penting dalam dunia militer abad itu.
            Tentara lapangan bermanuver untuk mengambil alih titik pertahanan dan merampas daerah luar kota. Cara ini mewakili pertempuran di Hastings pada 1066, yang dilakukan oleh orang Anglo-Saxons untuk menghentikan invasi dari orang Norman (penduduk asli wilayah normandia). Namun Anglo-Saxons kalah dan orang Norman dibawah pimpinan William menghabiskan beberapa tahun kedepannya untuk mendirikan kontrol di Inggris dalam misi penaklukannya.
            Pertempuran Lechfield pada 955 dilakukan antara bangsa Jerman dengan penjarah Magyar dari timur. Kemenangan Jerman dibawah Otto I secara tegas membawa kekalahan lebih lanjut untuk invasi Magyar. Kekalahan bangsa Moor pada 732 oleh Charles Martel juga menghentikan invasi Muslim dan ekspansinya dari Spanyol.
            Pertempuran Crécy, Poitiers, dan Agincourt, semua dilakukan selama perang seratus tahun antara Inggris dan Prancis, dan semua itu adalah dalam rangka percobaan untuk menghentikan serbuan Inggris. Prancis kalah dalam ketiga pertempuran tersebut dan serbuan Inggris pun berlanjut. Namun dalam hal ini, akibat serbuan Inggris tidak mendirikan kontrol permanen di tanah Prancis, pihak Prancis pun secepatnya memenangkan perang.
            Pejuang salib berusaha untuk mempertahankan dan menahan kunci strong point di tanah suci karena dengan cara itu, mereka bisa mengontrol area sekitar. Perang salib dilakukan dengan cara menjebol satu sisi control point. Kemenangan pasukan Muslim Saracen  di Hattin pada 1187 dibawah pimpinan Saladin membuat Jerusalem kembali dalam kontrol muslim.

Organisasi Militer abad pertengahan


Organisasi Pasukan militer feudal cukup terlihat simple dilihat dari perbandingan ukuran pasukan di era yang lebih modern. Pada era ini, tidak ada divisi, resimen, atau korps permanen sampai akhir periode. Saat pasukan feudal dipanggil, setiap pengikut berkumpul di tempat pertemuan yang sudah ditentukan bersama ksatria, pemanah, dan infantri lainnya yang diperlukan. Saat bertemu di meeting point, setiap kontingen akan dikumpulkan kembali berdasarkan peran dan tipenya.
            Para ksatria dan pengawalnya berbaris bersama, begitu juga pemanah dan pelayannya, unit khusus, seperti teknisi, dan operator artileri pada umumnya juga disewa dalam beberapa misi. Sebagai contoh, tentara bayaran Kristen yang disewa pihak Turki Ustmani untuk mengoperasikan artileri saat menjebol tembok Constaninople.
            Menjadi tentara bayaran di akhir abad pertengahan adalah pekerjaan yang cukup dihormati, terkadang prajurit yang mempunyai cukup modal menjadi pengusaha dengan mendirikan Perusahaan tentara bayaran (mercenary companies) yang membolehkan bangsawan kaya atau gubernur kota untuk menyewa serdadu yang cakap dan siap bertarung. Biasanya mercenary companies didirikan menurut pada skill khusus, misalnya mercenary company di Genoa hanya melatih crossbowmen. dan Sebagai contoh, tentara Prancis menyewa 2000 crossbowmen Genoa pada serangan di Crécy pada 1346. Tapi beberapa mercenary companies lainnya ada juga yang melatih tentara gabungan, Biasanya mereka dihitung perkelompok, setiap kelompok disebut lances. Setiap lance mewakili satu ksatria berkuda ditambah beberapa tentara berkuda lain, foot infantry, dan range infantry. Satu kelompok dari 100 lances mewakili beberapa ratus serdadu. Sistem ini dikenal sebagai “Freelance”.

Komando hirarki di dalam pasukan feudal cukup sulit dan datar, tidak banyak maneuver bisa diantisipasi dengan cepat, karena banyaknya jumlah pasukan. jadi pada saat itu dibuat beberapa ketentuan mengenai staff dan asisten untuk membantu komandan pasukan untuk memberikan perintah pada pasukan. Pada 1439, Charles VII dari Prancis menaikkan sebuah ordonansi pasukan Kerajaan. Peraturan ini tak lain adalah mendirikan mercenary company dibawah naungan Kerajaan. Perusahaan ini diisi dengan ksatria dan infanteri yang dibayar melalui pendapatan pajak. Setiap perusahaan memiliki perlengkapan seperti baju zirah dan senjata yang langsung dipilih oleh Raja. Masa ini adalah permulaan dari berdirinya sistem militer modern di barat.
Supply
Hanya ada sedikit persediaan makanan dan supply medis, tentara abad ini biasanya merusak dan merampas desa yang mereka lewati lalu kemudian pergi lagi. Melihat tentara sendiri berbaris mendekati desa tidak lebih baik dari melihat tentara musuh, pasalnya tentara pertengahan ini tidak akan bisa bertahan hidup lama di satu area karena persediaan makanan sedikit dan hewan yang dibawa (seperti kuda) akan cepat lelah, mau tak mau mereka merampas makanan dari desa yang mereka lewati. Ini juga salah satu masalah khusus yang dialami selama operasi pengepungan. Jika pasukan yang melakukan pengepungan membuat susunan untuk menahan suplai makanan dan perlengkapan masuk ke kastil, itu akan membuat penjaga kastil (yang dikepung) tak mendapat suplai, sebaliknya pengepung akan memanfaatkan suplai tersebut untuk menghindari kelaparan dipihaknya. Kebersihan juga masalah saat pasukan menetap di satu tempat, karena pasukan ini membawa bermacam binatang selama perjalanan, misalnya kuda kuda yang berpenyakit membuang kotoran yang bisa menyebabkan disentri, biasanya tentara feudal meninggalkan yang sakit untuk menghindari tertularnya penyakit.
Selama kampanye nya di Prancis, Henry V dari Inggris memperkirakan ia telah kehilangan 15 persen dari seluruh pasukannya karena penyakit saat pengepungan di Harfleur dan kehilangan lebih banyak saat marching menuju Agincourt. Ironisnya saat pertarungan itu sendiri, ia hanya kehilangan 5 persen dari tentaranya. Parahnya lagi, Henry V juga meninggal karena penyakit yang disebabkan oleh buruknya sanitasi di lokasi pengepungan lainnya.
Penyebaran untuk pertarungan
Kebanyakan pertarungan dilakukan dengan cara bertemu antara dua pihak yang bersangkutan, mereka mengatur strateginya sendiri sebelum pertarungan dimulai, maneuver dan bertarung langsung justru jarang dilakukan. Sebelum bertarung, para komandan pasukan membagi pasukannya dalam beberapa kontingen tergantung spesifikasi dan tugasnya. Pemisahan pertama yang dilakukan adalah infanteri darat, pemanah dan kavaleri, grup ini akan dibagi lebih lanjut kedalam grup yang nantinya diberikan misi individual atau disimpan untuk cadangan. Para pemanah akan diletakkan di blok kedua dari depan setelah infanteri (pikemen/swordsmen) untuk support. 

Setelah semua pasukan diatur, hanya ada satu keputusan besar yang menentukan menang atau kalah, yaitu mana yang harus lebih dulu dikirim ke tengah medan pertempuran karena hanya ada sedikit, atau bahkan tak ada kesempatan untuk mundur, memperbaiki, atau mengubah formasi saat pertempuran dimulai. Sepasukan ksatria sebagai contoh, sangat jarang digunakan lebih dari sekali karena setelah mereka masuk medan pertempuran, yang tersisa akan mundur dan memperkuat pertahanan sambil mengisi energi. Sedangkan serangan penuh oleh heavy cavalry bisa menyebabkan kekacauan pada formasi musuh, tapi sering juga mereka kehilangan senjata dan jatuh dari kudanya.
 Para ksatria Norman dalam pertarungan Hasting menggunakan formasi untuk tipe serangan berkelanjutan, namun mereka tidak meluncurkan serangan penuh langsung karena tidak bisa menembus perisai-dinding pasukan Saxon.
Komandan pasukan yang ulung memanfaatkan perbedaan tanah di medan perang seperti bukit dan tanjakan untuk seringkali menyembunyikan pasukan tambahan atau menyelidiki kekuatan dan kelemahan pasukan musuh dari ketinggian.
Uang tebusan
Hadiah yang paling mewah dari kemenangan pertempuran pada masa ini adalah kehormatan dan uang/harta. Hadiah yang biasanya diberikan antara lain adalah barang rampasan dari musuh, atau dari kastil-kastil dan kota kecil yang telah direbut. Juga menjual baju zirah dan senjata dari musuh yang sudah mati dan meminta uang tebusan untuk tahanan berpangkat tinggi. Para ksatria bangsawan yang kaya biasanya membayar uang tebusan untuk nyawa mereka sendiri jika tertangkap musuh. Salah satu kasus penebusan terbesar adalah tebusan sebesar 20 juta US Dollar (jika disamakan dengan harga uang saat ini) yang diberikan pada pangeran Jerman untuk pembebasan Richard I of England yang tertangkap saat perjalanan kembalinya dari perang salib.
Di Agincourt, pasukan Inggris mengepung dan menahan sepasukan besar ksatria Prancis dari belakang untuk meminta tebusan. Tapi selama pertempuran, kontingen Prancis menyerbu kearah belakang pasukan Inggris dan dengan singkat mengagetkan Henry V, lalu ia memerintahkan untuk mengeksekusi para ksatria Prancis yang ditahan untuk mencegah kaburnya mereka, dengan demikian pasukan Inggris tidak jadi meminta tebusan.
Ksatria yang ditangkap akan dihadapkan pada seluruh pasukan untuk ditanya siapa prajurit yang menangkapnya, dengan begini akan diketahui yang mana prajurit yang menangkap tahanan dan akan diberikan bagian uang yang lebih besar. Keluarga tahanan juga diberitahu untuk membayar tebusan agar mendapat hak untuk membebaskan tahanan. Popularitas mengenai penebusan ini terdengar cukup ber pri kemanusiaan, tapi dibalik topeng tersebut ada kisah yang lebih gelap mengenai tahanan berpangkat rendah yang dianggap tidak berharga yang dibunuh dengan kejam untuk mengatasi masalah penjagaan dan pangan untuk mereka.