Greetings, welcome to Noire Company

This blog is for the peoples who interested with multi-cultural things. natives, languages, culture, tradition, etc..

Sabtu, 03 Desember 2011

Organisasi Militer abad pertengahan


Organisasi Pasukan militer feudal cukup terlihat simple dilihat dari perbandingan ukuran pasukan di era yang lebih modern. Pada era ini, tidak ada divisi, resimen, atau korps permanen sampai akhir periode. Saat pasukan feudal dipanggil, setiap pengikut berkumpul di tempat pertemuan yang sudah ditentukan bersama ksatria, pemanah, dan infantri lainnya yang diperlukan. Saat bertemu di meeting point, setiap kontingen akan dikumpulkan kembali berdasarkan peran dan tipenya.
            Para ksatria dan pengawalnya berbaris bersama, begitu juga pemanah dan pelayannya, unit khusus, seperti teknisi, dan operator artileri pada umumnya juga disewa dalam beberapa misi. Sebagai contoh, tentara bayaran Kristen yang disewa pihak Turki Ustmani untuk mengoperasikan artileri saat menjebol tembok Constaninople.
            Menjadi tentara bayaran di akhir abad pertengahan adalah pekerjaan yang cukup dihormati, terkadang prajurit yang mempunyai cukup modal menjadi pengusaha dengan mendirikan Perusahaan tentara bayaran (mercenary companies) yang membolehkan bangsawan kaya atau gubernur kota untuk menyewa serdadu yang cakap dan siap bertarung. Biasanya mercenary companies didirikan menurut pada skill khusus, misalnya mercenary company di Genoa hanya melatih crossbowmen. dan Sebagai contoh, tentara Prancis menyewa 2000 crossbowmen Genoa pada serangan di Crécy pada 1346. Tapi beberapa mercenary companies lainnya ada juga yang melatih tentara gabungan, Biasanya mereka dihitung perkelompok, setiap kelompok disebut lances. Setiap lance mewakili satu ksatria berkuda ditambah beberapa tentara berkuda lain, foot infantry, dan range infantry. Satu kelompok dari 100 lances mewakili beberapa ratus serdadu. Sistem ini dikenal sebagai “Freelance”.

Komando hirarki di dalam pasukan feudal cukup sulit dan datar, tidak banyak maneuver bisa diantisipasi dengan cepat, karena banyaknya jumlah pasukan. jadi pada saat itu dibuat beberapa ketentuan mengenai staff dan asisten untuk membantu komandan pasukan untuk memberikan perintah pada pasukan. Pada 1439, Charles VII dari Prancis menaikkan sebuah ordonansi pasukan Kerajaan. Peraturan ini tak lain adalah mendirikan mercenary company dibawah naungan Kerajaan. Perusahaan ini diisi dengan ksatria dan infanteri yang dibayar melalui pendapatan pajak. Setiap perusahaan memiliki perlengkapan seperti baju zirah dan senjata yang langsung dipilih oleh Raja. Masa ini adalah permulaan dari berdirinya sistem militer modern di barat.
Supply
Hanya ada sedikit persediaan makanan dan supply medis, tentara abad ini biasanya merusak dan merampas desa yang mereka lewati lalu kemudian pergi lagi. Melihat tentara sendiri berbaris mendekati desa tidak lebih baik dari melihat tentara musuh, pasalnya tentara pertengahan ini tidak akan bisa bertahan hidup lama di satu area karena persediaan makanan sedikit dan hewan yang dibawa (seperti kuda) akan cepat lelah, mau tak mau mereka merampas makanan dari desa yang mereka lewati. Ini juga salah satu masalah khusus yang dialami selama operasi pengepungan. Jika pasukan yang melakukan pengepungan membuat susunan untuk menahan suplai makanan dan perlengkapan masuk ke kastil, itu akan membuat penjaga kastil (yang dikepung) tak mendapat suplai, sebaliknya pengepung akan memanfaatkan suplai tersebut untuk menghindari kelaparan dipihaknya. Kebersihan juga masalah saat pasukan menetap di satu tempat, karena pasukan ini membawa bermacam binatang selama perjalanan, misalnya kuda kuda yang berpenyakit membuang kotoran yang bisa menyebabkan disentri, biasanya tentara feudal meninggalkan yang sakit untuk menghindari tertularnya penyakit.
Selama kampanye nya di Prancis, Henry V dari Inggris memperkirakan ia telah kehilangan 15 persen dari seluruh pasukannya karena penyakit saat pengepungan di Harfleur dan kehilangan lebih banyak saat marching menuju Agincourt. Ironisnya saat pertarungan itu sendiri, ia hanya kehilangan 5 persen dari tentaranya. Parahnya lagi, Henry V juga meninggal karena penyakit yang disebabkan oleh buruknya sanitasi di lokasi pengepungan lainnya.
Penyebaran untuk pertarungan
Kebanyakan pertarungan dilakukan dengan cara bertemu antara dua pihak yang bersangkutan, mereka mengatur strateginya sendiri sebelum pertarungan dimulai, maneuver dan bertarung langsung justru jarang dilakukan. Sebelum bertarung, para komandan pasukan membagi pasukannya dalam beberapa kontingen tergantung spesifikasi dan tugasnya. Pemisahan pertama yang dilakukan adalah infanteri darat, pemanah dan kavaleri, grup ini akan dibagi lebih lanjut kedalam grup yang nantinya diberikan misi individual atau disimpan untuk cadangan. Para pemanah akan diletakkan di blok kedua dari depan setelah infanteri (pikemen/swordsmen) untuk support. 

Setelah semua pasukan diatur, hanya ada satu keputusan besar yang menentukan menang atau kalah, yaitu mana yang harus lebih dulu dikirim ke tengah medan pertempuran karena hanya ada sedikit, atau bahkan tak ada kesempatan untuk mundur, memperbaiki, atau mengubah formasi saat pertempuran dimulai. Sepasukan ksatria sebagai contoh, sangat jarang digunakan lebih dari sekali karena setelah mereka masuk medan pertempuran, yang tersisa akan mundur dan memperkuat pertahanan sambil mengisi energi. Sedangkan serangan penuh oleh heavy cavalry bisa menyebabkan kekacauan pada formasi musuh, tapi sering juga mereka kehilangan senjata dan jatuh dari kudanya.
 Para ksatria Norman dalam pertarungan Hasting menggunakan formasi untuk tipe serangan berkelanjutan, namun mereka tidak meluncurkan serangan penuh langsung karena tidak bisa menembus perisai-dinding pasukan Saxon.
Komandan pasukan yang ulung memanfaatkan perbedaan tanah di medan perang seperti bukit dan tanjakan untuk seringkali menyembunyikan pasukan tambahan atau menyelidiki kekuatan dan kelemahan pasukan musuh dari ketinggian.
Uang tebusan
Hadiah yang paling mewah dari kemenangan pertempuran pada masa ini adalah kehormatan dan uang/harta. Hadiah yang biasanya diberikan antara lain adalah barang rampasan dari musuh, atau dari kastil-kastil dan kota kecil yang telah direbut. Juga menjual baju zirah dan senjata dari musuh yang sudah mati dan meminta uang tebusan untuk tahanan berpangkat tinggi. Para ksatria bangsawan yang kaya biasanya membayar uang tebusan untuk nyawa mereka sendiri jika tertangkap musuh. Salah satu kasus penebusan terbesar adalah tebusan sebesar 20 juta US Dollar (jika disamakan dengan harga uang saat ini) yang diberikan pada pangeran Jerman untuk pembebasan Richard I of England yang tertangkap saat perjalanan kembalinya dari perang salib.
Di Agincourt, pasukan Inggris mengepung dan menahan sepasukan besar ksatria Prancis dari belakang untuk meminta tebusan. Tapi selama pertempuran, kontingen Prancis menyerbu kearah belakang pasukan Inggris dan dengan singkat mengagetkan Henry V, lalu ia memerintahkan untuk mengeksekusi para ksatria Prancis yang ditahan untuk mencegah kaburnya mereka, dengan demikian pasukan Inggris tidak jadi meminta tebusan.
Ksatria yang ditangkap akan dihadapkan pada seluruh pasukan untuk ditanya siapa prajurit yang menangkapnya, dengan begini akan diketahui yang mana prajurit yang menangkap tahanan dan akan diberikan bagian uang yang lebih besar. Keluarga tahanan juga diberitahu untuk membayar tebusan agar mendapat hak untuk membebaskan tahanan. Popularitas mengenai penebusan ini terdengar cukup ber pri kemanusiaan, tapi dibalik topeng tersebut ada kisah yang lebih gelap mengenai tahanan berpangkat rendah yang dianggap tidak berharga yang dibunuh dengan kejam untuk mengatasi masalah penjagaan dan pangan untuk mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar